amandia.id – Bagi sebagian orang, ketan adalah makanan favorit yang tak tergantikan, terutama di Indonesia yang kaya akan kuliner berbahan dasar ketan, mulai dari lemper hingga ketan hitam. Namun, bagi mereka yang hidup dengan diabetes, kelezatan ini bisa menjadi dilema. Apakah penderita diabetes boleh makan ketan?
Ketan berasal dari jenis beras yang berbeda dengan beras putih biasa. Teksturnya yang lengket dan manis alami kerap menarik perhatian banyak orang. Sayangnya, bagi penderita diabetes, ketan menjadi makanan yang perlu diwaspadai. Beras ketan cenderung memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Menurut sebuah penelitian, setiap 100 gram ketan mengandung sekitar 97 gram karbohidrat . Ini artinya, ketan bisa dengan cepat meningkatkan kadar gula darah, yang berisiko bagi penderita diabetes.
Namun, semua ini bukan berarti penderita diabetes harus sepenuhnya menghindari ketan. Ada beberapa cara agar ketan bisa dinikmati tanpa menimbulkan lonjakan gula darah yang signifikan. Salah satunya adalah dengan mengontrol porsi. Mengonsumsi ketan dalam porsi kecil, bersama dengan makanan yang kaya serat dan protein, dapat membantu menstabilkan lonjakan gula darah.
Di luar itu, penting bagi penderita diabetes untuk memonitor gula darah mereka setelah mengonsumsi makanan berbasis ketan untuk mengetahui seberapa besar dampaknya terhadap tubuh. Konsultasi dengan ahli gizi atau dokter juga bisa membantu dalam membuat keputusan yang lebih tepat.
Baca Juga : Stres dan Diabetes: Bagaimana Keduanya Berhubungan Erat dan Saling Memperburuk
Indeks Glikemik Beras Ketan: Apa Artinya untuk Penderita Diabetes?
Indeks Glikemik (IG) adalah salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh penderita diabetes ketika memilih makanan. IG adalah ukuran seberapa cepat karbohidrat dalam makanan meningkatkan kadar gula darah. Semakin tinggi angka IG suatu makanan, semakin cepat makanan tersebut dicerna dan diserap menjadi glukosa.
Beras ketan, sayangnya, memiliki IG yang tergolong tinggi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa beras ketan memiliki IG antara 85 hingga 98, tergantung pada varietas dan cara pengolahannya . Sebagai perbandingan, beras merah yang lebih banyak direkomendasikan untuk penderita diabetes memiliki IG sekitar 55. Ini berarti beras ketan lebih cepat mempengaruhi kadar gula darah dibandingkan dengan beras merah atau jenis beras lainnya.
Meski begitu, bukan berarti beras ketan sepenuhnya “terlarang”. Memasukkan sumber serat seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, atau biji-bijian saat mengonsumsi ketan dapat membantu memperlambat penyerapan gula dan menjaga kestabilan gula darah.
Satu hal yang jarang dibicarakan banyak blog adalah cara memasak beras ketan bisa mempengaruhi IG-nya. Memasak ketan dengan cara mengukus lebih lama dapat sedikit menurunkan IG, karena proses pemasakan yang lambat membuat karbohidrat lebih sulit dipecah menjadi gula dalam tubuh . Ini bisa menjadi strategi yang bermanfaat bagi penderita diabetes yang ingin sesekali menikmati ketan.
Baca Juga : Waspadai Buah yang Terlihat Aman Ternyata Buah yang Dilarang untuk Penderita Diabetes
Kesimpulan
Ketan mungkin bukan makanan yang paling ramah bagi penderita diabetes karena indeks glikemiknya yang tinggi dan kandungan karbohidrat yang besar. Namun, dengan strategi yang tepat—mengontrol porsi, menambahkan serat, dan memilih cara memasak yang lebih baik—ketan masih bisa dinikmati sesekali tanpa terlalu membahayakan kestabilan gula darah.
Pada akhirnya, setiap individu berbeda, dan penting bagi penderita diabetes untuk memperhatikan respons tubuh mereka terhadap makanan tertentu. Bagaimana pengalaman Anda dengan ketan? Sudah pernah mencoba strategi-strategi di atas?
Pernah merasakan langsung dampak diabetes dalam keluarga, kini berbagi kisah inspiratif untuk mencegah orang lain mengalami hal serupa. Mari bersama wujudkan hidup sehat dan bebas diabetes!