Puasa bagi penderita diabetes – Masih terngiang di telingaku bagaimana dokter dengan tegas memperingatkan ibuku, “Bu, dengan kondisi gula darah seperti ini, sebaiknya tidak berpuasa.” Namun, ibuku yang berusia 58 tahun itu hanya tersenyum tenang. Baginya, puasa bukan sekadar kewajiban agama, tapi juga perjalanan spiritual yang tak ingin ia lewatkan setiap tahunnya.
Ketika Diagnosis Mengubah Segalanya
Lima tahun lalu, diagnosis diabetes tipe 2 mengubah rutinitas harian ibuku. Dari menu makanan hingga jadwal aktivitas, semua harus disesuaikan dengan kondisi kesehatannya. Namun yang paling berat baginya adalah ketika bulan Ramadhan tiba dan ia merasa harus memilih antara kesehatan atau ibadahnya.
“Nak, banyak yang bilang orang diabetes tidak boleh puasa. Tapi aku yakin dengan pengaturan yang tepat, aku bisa menjalaninya,” ujarnya penuh keyakinan saat itu.
Konsultasi dan Persiapan: Kunci Utama
Ibuku tidak gegabah. Sebelum memutuskan untuk berpuasa, ia berkonsultasi dengan dokter spesialis endokrin. Dr. Anwar, dokter yang menanganinya, menyarankan beberapa pengaturan khusus:
- Pemeriksaan kondisi diabetes secara menyeluruh sebulan sebelum Ramadhan
- Penyesuaian dosis dan jadwal obat diabetes
- Pemantauan gula darah lebih intensif selama berpuasa
- Rencana makanan sahur dan berbuka yang seimbang
“Puasa bagi penderita diabetes bukan hal yang mustahil, tapi memerlukan pengawasan dan pendekatan yang berbeda,” jelas Dr. Anwar.
Baca Juga : Mengendalikan HbA1c dengan Pola Makan: Panduan Lengkap untuk Hidup Lebih Sehat
Perjuangan di Bulan Pertama
Masih terekam jelas bagaimana ibuku berjuang di awal-awal menjalani puasa dengan diabetes. Ia bangun lebih awal untuk memeriksa kadar gulanya sebelum sahur. Menu sahurnya pun berubah—lebih banyak protein dan karbohidrat kompleks yang memberikan energi bertahan lama.
“Rasanya aneh saat semua orang menikmati kolak dan makanan manis untuk berbuka, sementara aku harus puas dengan kurma dan sup sayur,” kenangnya dengan tawa kecil.
Temuan yang Mengejutkan Puasa Bagi Penderita Diabetes
Yang mengejutkan, setelah beberapa minggu menjalani puasa, hasil pemeriksaan rutin ibuku justru menunjukkan perbaikan. Kadar gula darahnya lebih stabil dan berat badannya turun beberapa kilogram.
“Ternyata puasa, jika dilakukan dengan benar, bisa menjadi bagian dari pengelolaan diabetes,” ucap ibuku bangga.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Diabetes Research and Clinical Practice, puasa intermiten yang terencana dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan membantu pengelolaan berat badan—dua faktor penting dalam kontrol diabetes tipe 2. Namun, ini harus dilakukan dengan pengawasan medis yang ketat.
Baca Juga : Tape Ketan Putih untuk Diabetes: Manis yang Perlu Diwaspadai atau Boleh Dicoba?
Pelajaran Berharga
Pengalaman ibuku mengajarkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, penderita diabetes masih bisa menjalankan kewajiban agamanya. Kuncinya adalah:
- Konsultasi medis sebelum memutuskan berpuasa
- Pemantauan gula darah secara teratur
- Pengaturan pola makan yang disesuaikan
- Tetap aktif namun tidak berlebihan selama berpuasa
Kini, setiap Ramadhan menjadi bukti bahwa diagnosis diabetes bukanlah akhir dari kemampuan seseorang untuk menjalankan ibadah puasa. Melalui komitmen dan pengelolaan yang tepat, ibuku telah membuktikan bahwa batasan kesehatan bisa diatasi dengan pendekatan yang bijak dan berbasis pengetahuan.